True Love [Oneshoot]

true-love_zps503102e5

True Love

Hyera22’s Present

Staring By
Luhan—Jessica
Support-ing Cast By
Jaekyung—Krystal—Victoria—Found Them
Length
Oneshoot
Rating
PG+15
Genre
Romance—Sad—AU
Warning
Typo’s, Weird, The plot is forced, and other
Disclaimer
This fanfict is mine~
Author’s Note
Sebelumnya saya minta maaf karena sudah membuat Jessica menjadi seperti ini TT /sujud dikaki Readers/? Percayalah, ini hanyalah demi kepentingan fanfict ini. Ingat, sekali fiksi akan selamanya menjadi cerita fiksi TT /? Oke deh, jangan lupa comment ya TT
Poster by

HOMEY

ENJOY~!!
~~

BRAK!
“Kau selalu seperti ini! Sudah ku katakan berulang kali, kalau aku dengan dia sudah tidak punya hubungan apapun!”
“Oh ya? Lalu, pertemuanmu dengannya semalam maksudnya apa, huh!?”
Jessica—gadis itu—meringkuk di ujung sudut kamarnya, gadis itu menutup kedua alat pendengarannya saat mendengar lagi dan lagi kedua orangtuanya bertengkar dengan alasan yang tak pernah ia mengerti. Airmata gadis itu merembas keluar saat mendengar ibunya meminta cerai kepada ayahnya.
“Baiklah, kalau begitu. Silakan kau angkat kaki dari rumah ini!”
Jessica dengan segera berdiri lalu menghampiri sosok ibunya yang tengah mengemasi semua barang-barangnya ke dalam koper besar berwarna merah.
“Eomma, eomma mau kemana? Jangan tinggalkan aku, eomma..”
Gadis itu terisak. Ibu dari gadis itu menatap anaknya yang tengah menangis. Kemudian, airmata wanita itu menetes.
“Eomma sudah tidak tahan nak, biarkan eomma pergi. Biar ayahmu merasa puas. Kau jaga diri baik-baik ya? Ibu menyayangimu.”
Tangis gadis itu makin pecah. Jessica lantas menahan langkah ibunya.
“Jangan tinggalkan aku, eomma!”
“Jessica! Biarkan perempuan itu pergi! Biar dia bisa dengan bebas bertemu dengan kekasihnya itu!”
“Tapi—“
“Sudahlah! Sini!”
Pria itu lantas menarik anaknya itu. Membiarkan perempuan itu pergi dari rumah mereka. Sementara Jessica, menangis dengan keras saat melihat ibunya sudah tidak ada lagi.

Gadis itu kembali berteriak histeris saat ingatannya kembali terbuka. Ingatan yang sangat menyakitkan gadis itu, sehingga membuat kejiwaan gadis itu sedikit terganggu dan membuat ia harus menetap di Rumah Sakit Jiwa hingga ia sembuh.
Para suster langsung menenangkan gadis itu. Tak berhasil. Dan terpaksalah, lagi-lagi cairan pembius harus masuk ke dalam tubuh gadis itu. Membuat gadis itu tertidur untuk sementara.

~~

Seorang lelaki tampan dengan kacamata hitam yang bertengger dengan sempurnanya di hidungnya nampak baru saja menginjakkan kakinya ke Seoul. Dengan sebuah koper besar berwarna hitam dan juga ber-merk, lelaki itu kembali melangkahkan kakinya diiringi dengan tatapan kagum dari gadis-gadis belia.
Luhan—nama lelaki itu—lantas membuka kacamatanya, membuat wajah tampan serta imutnya dapat terlihat dengan jelas. Luhan lantas menilik ke jam tangan berwarna hitam miliknya yang melingkar dengan sempurna di pergelangan tangan kirinya.
Kemudian lelaki itu lantas memberhentikan sebuah taksi untuk di tumpanginya.
“Kemana tuan?”
“Rumah Sakit Jiwa Seoul, antarkan aku secepat mungkin.”
“Baiklah tuan,”

~~

“Hei, kau dengar tidak? Katanya, dokter muda Luhan sudah sampai!”
“Ah, benarkah?”
“Iya! Dan kali ini, ia spesial diutus untuk mengurus gadis cantik itu.”
“Jessica, maksudmu?”
“Iya, siapa lagi?”
“Ah, beruntung sekali Jessica itu.”
“Beruntung apanya? Menurutku dia itu sangat kasihan.”
“Ah, entahlah. Di satu sisi dia menyedihkan tapi disisi lainnya dia beruntung.”
“Kau ini, ah sudahlah. Aku mau menjenguk pasien Mellanie dulu.”
“Ya,”
Kedua perawat itu akhirnya berpisah. Meninggalkan Jessica yang sedari tadi duduk diam seraya mendengarkan obrolan kedua perawat itu. Mendengarkan kedua orang perempuan itu membicarakan dirinya.
Gadis itu diam. Menatap lurus lantai Rumah Sakit. Membuat ingatan menyedihkan tentang keluarganya terputar kembali di ingatannya. Airmata mengalir ke kedua pipinya. Membuat sungai kecil.
“Eomma..”
Dan detik berikutnya, gadis itu berteriak histeris. Membuat para perawat dengan segera berlari menghampirinya dan menengkannya. Kemudian, kembali di akhiri dengan jarum suntik yang menembus kulit gadis itu.

~~

Seorang lelaki berparas tampan serta berbalutkan jas berwarna putih bersih nampak berdiri menatap seorang perempuan yang tengah menutup matanya—tidur—dari luar kamar perempuan itu melalui sebuah kaca kecil yang terdapat di pintu itu.
Lelaki itu, Luhan. Seakan tak percaya dengan kenyataan bahwa gadis itu mengalami gangguan terhadap kejiwaannya. Sangat di sayangkan, karena paras rupawan gadis itu.
Dengan perlahan, Luhan memutar ganggang besi pintu itu lalu mulai masuk ke dalam kamar gadis itu. Menarik kursi itu lalu di dudukinya. Memperhatikan wajah yang hampir mendekati kata sempurna itu.
Sudut bibirnya tertarik kecil. Cantik. Sangat cantik. Itulah tanggapan lelaki itu saat melihat perempuan yang akan dirawatnya untuk ke depan. Tapi, bukan hal itu yang membuat Luhan merasa tertarik terhadap gadis ini. Bukan sama sekali.
Mata gadis itu dengan perlahan terbuka—pertanda ia akan sadar dari obat bius yang disuntikkan ke tubuhnya. Luhan diam. Lelaki itu hanya memperhatikan tiap gerakan yang dilakukan oleh gadis itu.
Kemudian, mata gadis itu terbuka sempurna. Perlahan, gadis itu melihat ke arah samping. Tempat Luhan berada. Matanya terbelalak sempurna saat melihat seorang lelaki tengah memperhatikan.
“Kyaaaa!!”
“Tenang! Aku tidak akan menyakitimu,”
“Tidak! Pergi! Pergi dari sini!”
Gadis itu lantas melemparkan bantal ke wajah lelaki itu. Beruntung, Luhan sempat menangkis lemparan benda empuk itu.
“Jessica, tenang!”
Gadis itu masih terus mengusir lelaki itu dari kamarnya. Jessica lantas menangis. Terisak kecil.
“Pergi!”
“Jessica, tenang. Aku Luhan. Aku adalah sahabat barumu.”
Isakkan gadis itu terhenti. Kemudian gadis itu menatap lelaki itu dalam. Menatap mata yang menampilkan sorot mata yang teduh namun tegas.
“Sahabat?”
Luhan menyunggingkan senyumnya, “Ya, kita sahabat mulai sekarang. Kau mau ‘kan?”
Gadis itu diam. Tak menjawab pertanyaan Luhan yang di ajukan untuk dirinya. Ingatan gadis itu kembali terulang. Dimana saat ayah dan ibunya yang selalu menumpahkan kasih sayang kepadanya lalu berakhir meninggalkan dirinya. Dia takut. Takut menjadi sahabat Luhan. Takut akan sangat menyayangi lelaki itu lalu harus kehilangan orang yang di sayangnya lagi.
“Diam tandanya iya! Baiklah, mulai sekarang kita adalah sahabat!”
Jessica mengarahkan pandangan terkejutnya kepada lelaki itu. Hendak mengelak namun bingung harus mengatakan apa. Jadi, gadis itu memilih untuk diam.

~~

Hari demi hari terus di lalui oleh kedua orang berbeda jenis itu. Luhan, masih terus berusaha mendekatkan dirinya kepada Jessica. Membuat gadis itu nyaman dengannya dan membuat gadis itu sembuh.
Dan usaha Luhan itu tidak sia-sia. Jessica mendapatkan kemajuan. Gadis itu tidak lagi berteriak histeris. Dan gadis itu kini mulai bisa tersenyum berkat Luhan.
Sekarang, mereka berdua nampak duduk bersama di bangku yang terdapat di taman Rumah Sakit itu. Memperhatikan pasien-pasien lainnya. Luhan menatap wajah Jessica dari samping. Memperhatikan wajah cantik gadis itu.
Jessica menyadari itu. Dan gadis itu berusaha untuk mengabaikan lelaki itu. Mengalihkan pandangannya ke arah lain. Agar tak membuat Luhan menyadari kalau wajah gadis itu sudah memerah.
“Jessica.”
“Ya?”
Dan satu lagi kemajuan Jessica. Gadis itu kini mau berinteraksi dengan orang lain. Terutama Luhan. Dokter yang menanganinya.
Luhan menyunggingkan senyum manisnya. “Tidak apa-apa,”
Gadis itu mengerucutkan bibirnya, membuat Luhan terkekeh pelan. Lelaki itu lantas mengacak rambut coklat gadis itu, membuat rambut gadis itu menjadi sedikit berantakan.
“Kalau seperti ini, aku jamin. Kau akan cepat keluar dari Rumah Sakit ini. Kau senang kan?”
Senyuman gadis itu memudar saat mendengar ucapan lelaki itu. Keluar dari Rumah Sakit ini? Itu merupakan hal yang selalu di nantikannya. Tapi, kenapa terasa berat sekali harus meninggalkan Rumah Sakit ini? Luhan..
Ya, karena lelaki itulah Jessica merasa berat sekali untuk meninggalkan Rumah Sakit ini. Hal yang di takutkannya terjadi. Disaat gadis itu menyayangi Luhan, dan disaat itu pula dia harus meninggalkan kebahagiaannya.
“Jessica?”
Gadis itu tersadar dari lamunannya. Jessica lantas menatap Luhan dengan tatapan sendu.
“Tidak.”
“Hah?”
“Aku tidak mau keluar dari Rumah Sakit ini.”
Luhan mengerjap bingung dengan tatapan terkejut. Lelaki itu menatap sosok Jessica yang tengah menunduk. Bahu gadis itu bergetar.
“Tapi, Kena—“
“Aku sayang Luhan,”
Gadis itu terisak. Sementara Luhan diam terpaku di tempatnya. Apakah ia tadi salah dengar?
“Y-ya?”
“Aku sayang Luhan. Aku tidak mau berpisah dari Luhan.”
Isak gadis itu makin terdengar keras. Luhan terdiam tanpa sanggup mengeluarkan sepatah atau dua patah kata lagi.
Nafas gadis itu tercekat saat merasakan Luhan memeluk tubuhnya dengan erat. Membuat aroma khas Luhan itu menyerbak masuk ke indra penciumannya.
“Aku juga menyayangimu. Lekaslah sembuh agar kita bisa terus bersama.”

~~

Genggaman tangan kedua insan itu makin erat. Senyuman nampak di wajah kedua insan itu. Langkah kaki keduanya nampak beriringan di trotoar. Tak lupa pula, sering terdengar suara tawa oleh keduanya. Menggambarkan bahwa mereka tengah bahagia.
Mereka, Jessica dan Luhan. Ya, gadis cantik itu kini sudah dinyatakan sembuh total dan di perbolehkan untuk keluar dari Rumah Sakit kejiwaan itu. Dan kini, keduanya sudah terikat oleh hubungan spesial. Berpacaran.
Dan kini, keduanya nampak duduk dibawah pohon rindang yang terdapat di taman kota seraya menikmati se-cup ice cream. Luhan terkekeh kecil saat melihat cara makan perempuan yang berstatus sebagai kekasihnya itu. Lelaki itu, tanpa permisi mengusap lembut sudut bibir gadis itu. Membuat gadis itu menjerit tertahan karena terkejut.
“Ada noda di sudut bibirmu, jadi aku membersihkannya.”
Jessica menganggukkan kepalanya mengerti dengan wajah yang merona.
Hening. Tak ada obrolan diantara mereka berdua.
“Jessica?”
“Ya?”
Gadis itu menolehkan wajahnya menatap Luhan. Membuat bibirnya dan bibir Luhan bersentuhan. Jessica melebarkan kedua matanya lalu dengan segera menarik wajahnya. Luhan tersenyum seraya mengacak-acak rambutnya.
“Wajahmu memerah, tak apa-apa?”
Blush!
Gadis itu semakin malu. Kemudian, gadis itu lantas menutup wajahnya dengan tangannya. Membuat Luhan terkekeh kecil.
“Jessica?”
“Hm?”
“Aku sayang denganmu.”
Hal itu membuat Jessica tak dapat menyembunyikan senyumannya lagi.

~~

Kini, mereka berdua—Luhan dan Jessica—sudah berada di halaman apartemen gadis itu. Di wajah keduanya masih tergambar senyum, menyembunyikan wajah lelah mereka.
“Baiklah, ini sudah malam. Aku akan pulang,”
Jessica mengangguk kecil seraya mengangguk, “Ne,”
“Hati-hati di rumah ya? Aku pulang dulu.”
Lelaki itu lantas melayangkan sebuah kecupan ringan di kening gadis itu. Menggambarkan rasa sayangnya yang sangat besar kepada gadis itu melalui kecupan ringan itu.
Dan lagi-lagi, Luhan berhasil membuat pipi Jessica memanas.
Jessica melambaikan tangannya saat Luhan mulai menjalankan mobilnya untuk pulang. Kemudian gadis itu memutar tubuhnya dan melangkah menuju apartemennya.

~~

TTOK!-TTOK!-TTOK!
Luhan kembali mengetuk daun pintu rumahnya untuk kesekian kalinya, hingga akhirnya daun pintu berwarna coklat itu terbuka. Menampilkan sosok kakak perempuannya. Luhan mendengus kesal.
“Maafkan aku,” potong Victoria sebelum adiknya itu memarahinya dengan omelan yang sangat panjang. Yang mampu membuat telinga perempuan itu panas.
Baru saja lelaki itu hendak membuka mulutnya, Victoria lagi-lagi memotongnya.
“Cepatlah masuk, Ibu sudah menunggumu sedari tadi.”
Luhan mengernyit bingung, tak biasanya Ibu-nya menunggu dia. Pasti ini hal yang serius. Itulah tebakan oleh Luhan.
Perlahan Luhan melangkahkan kakinya masuk ke dalam Rumahnya yang besar itu. Kemudian menemukan Ibunya tengah menanti ia di ruang keluarga. Ibu Luhan tersenyum saat melihat sosok putra-nya sudah pulang.
“Ada apa, bu?”
“Duduklah nak,”
Luhan mengangguk paham seraya mendudukkan dirinya di hadapan Ibunya. “Jadi?”
“Ibu sudah menemukan perempuan yang cocok untukmu.”
Luhan terkejut mendengarnya. Dan detik berikutnya ia menghela nafasnya gusar.
“Ibu mau menjodohkanku lagi? Ibu, aku mohon. Aku sudah dewasa dan aku bisa memilih siapa perempuan yang cocok untukku.”
Ibu Luhan mendesah kasar, “Siapa perempuan itu? Mantan pasienmu itu kah? Sudah ibu katakan berulang kali, ibu takkan merestuimu dengan gadis tak waras itu!”
Luhan berdiri dari duduknya. Muka lelaki itu memerah, akibat menahan amarahnya. Tak terima kekasihnya dihina oleh Ibunya sendiri.
“Ibu! Dia waras bu! Dia tidak gila! Berhenti berpikir untuk menjodohkanku atau apapun! Aku sudah dewasa, dan aku bisa memutuskan sesuatu hal untuk masa depanku!”
“Luhan!”
Lelaki itu seakan tak mendengar teriakan sang Ibu yang memanggilnya. Lelaki itu lantas menaiki anak tangga satu persatu untuk menuju kamarnya dan sesampainya di kamar pemuda itu. Ia lantas membanting pintu kamarnya dengan kasar. Membuat Victoria menghela nafasnya pelan.

~~

Lelaki tampan itu nampak menuruni satu-persatu anak tangga, menuju ke lantai dasar. Sosok Ibunya dan juga kakaknya sudah menanti dirinya di meja makan. Menyadari keberadaan anaknya, wanita itu lantas melipat majalah yang di bacanya itu lalu menyambut anak lelakinya itu dengan senyuman.
“Nak, ayo makan bersama.”
Luhan menghentikan langkahnya, menatap Ibunya beberapa detik lalu kembali melangkahkan kakinya pergi. Mengabaikan ajakan Ibunya itu. Biasanya, lelaki itu akan sangat senang jika bisa makan bersama dengan wanita yang berstatus sebagai ibunya itu. Tapi, kali ini tidak. Tidak setelah kejadian kemarin malam.
Ibu Luhan menggertakkan giginya geram saat melihat tingkah laku anaknya yang kini sudah mulai melawan perintahnya. Wanita itu menggenggam dengan kuat sendok dan garpu yang berada di tangannya.
“Xi Luhan! Anak itu benar-benar!” Jaekyung—wanita itu—menggeram pelan saat melihat kelakuan Luhan yang mulai tak menuruti perintahnya.
“Sudahlah eomma..”
Seakan tak mendengarkan ucapan Victoria, anak sulungnya. Wanita itu mengepalkan tangannya. “Ini semua karena perempuan gila itu!”
“Perempuan gila itu, harus ku musnahkan secepat mungkin.”

~~

Lelaki itu mengangkat tangannya ke udara. Mengetuk daun pintu berwarna putih itu. Dan tak berselang lama, daun pintu itu terbuka. Menampilkan sosok perempuan berparas cantik dan berambut coklat bergelombang.
Jessica, tersenyum saat melihat sosok Luhan berada dihadapannya.
“Luhan? Ayo masuk,”
Luhan tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Kemudian, keduanya lantas melangkahkan kakinya masuk kedalam setelah menutup dan mengunci pintu tentunya.
“Kau mau Vanilla Latte? Biar ku buatkan,”
Luhan mengangguk sekali lagi, untuk merespon tawaran yang di ajukan untuk dirinya. Jessica lantas pergi ke dapur. Membuatkan segelas Vanilla Latte untuk lelaki yang dicintainya itu.
Tanpa sepengatahuan perempuan itu, Luhan mengikuti dirinya di belakang. Saat gadis itu sibuk membuat minuman untuknya, lelaki itu lantas melingkarkan tangannya ke pinggang ramping gadis itu. Membuat Jessica tersentak pelan.
“Eh?”
Luhan terdiam. Lelaki itu memeluk tubuh gadis itu dengan erat. Menghirup aroma khas seorang Jessica Jung yang selalu membuatnya candu. Memejamkan matanya. Menikmati aroma Jessica. Dan, obrolannya kemarin malam bersama ibunya itu kembali terputar, membuat lelaki itu merasa resah. Sementara gadis itu sudah merona.
“Jessica..”
“Ya?”
“Percayalah. Aku akan selalu mencintaimu. Sekarang, besok dan seterusnya. Hanya kau yang kucintai. Dan, jika aku bisa meminta kepada tuhan. Aku akan meminta agar menetapkan bahwa kau adalah takdirku. Pendamping hidupku kelak. Dan takkan ada yang mampu untuk mengubahnya lagi, termasuk orang lain…”
“… sejak mengenalmu, aku merasa sesuatu yang selama ini ku cari telah ku temukan. Apapun yang terjadi nantinya, tetaplah bersamaku. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku. Karena aku adalah takdirmu, dan kau adalah takdirku. Dan jika ada masalah, yakinlah. Bahwa kita bisa menyelesaikannya bersama-sama. Jadi, teruslah berada disisiku. Aku sangat mencintaimu.”
Jessica—gadis itu—terdiam termenung mendengar tiap-tiap kata yang terlontar dengan sempurna dari sepasang bibir lelaki yang tengah memeluknya. Mencoba menerka-nerka maksud dari ucapan lelaki itu. Tapi, tanpa disadarinya ia tersenyum. Senang saat mengetahui bahwa Luhan bersungguh-sungguh dengannya.
Luhan melepaskan pelukannya lalu memutar balik tubuh Jessica. Menatap kedua mata bening gadis itu. Membuat tatapan itu bertemu di satu titik. Dua pasang mata yang bertemu. Tak disengaja, tapi diinginkan terjadi. Perlahan namun pasti, wajah Luhan perlahan mulai mendekat ke wajah Jessica. Mempersempit jarak keduanya.
Jessica refleks memejamkan matanya saat sesuatu yang lembab menyentuh permukaan bibirnya. Merasakan lumatan-lumatan kecil di bibirnya. Luhan mengarahkan kedua tangan gadis itu untuk melingkar di lehernya dengan keadaan dimana mereka masih berciuman lembut. Menggambarkan betapa besar cinta mereka dan betapa tulusnya cinta mereka.

~~

Luhan baru saja pulang dari rumah Jessica menuju rumahnya. Lelaki itu mengernyit heran saat melihat sebuah mobil mewah asing sudah terparkir dengan rapi di halaman luas rumahnya. Kemudian lelaki itu mengangkat bahunya tak peduli seraya keluar dari mobilnya dan mulai melangkah masuk ke rumahnya yang besar itu.
“Nah, akhirnya. Anakku datang juga. Luhan, kemarilah.”
Luhan memandangi ibunya dan juga tamu yang berada di rumahnya dengan tatapan bingung. Ada perasaan ganjil di hatinya saat ia melihat sosok perempuan cantik itu.
“Ini anakmu? Tampan, di luar dugaanku.” Puji seorang lelaki berumur itu.
“Ayo, perkenalkan dirimu. Luhan.”
Dengan perasaan bingung, lelaki itu membungkukkan badannya sekilas. “Luhan imnida.”
“Ya, aku Wu Yifan.” Sahut lelaki berumur itu seraya tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak kiri lelaki itu.
“Aku Wu Yuri.”
Perempuan cantik itu mengulurkan tangannya, dan tentunya di sambut oleh Luhan.
“Krystal Wu imnida.”
Pegangan tangan itu lantas terlepas begitu saja. Luhan menatap sosok kakak perempuannya yang duduk seraya menundukkan kepalanya. Lelaki itu semakin yakin bahwa ada sesuatu yang mengganjal.
“Luhan-ah, ini Krystal. Anak dari teman Ibu yang mau Ibu jodohkan denganmu. Bagaimana? Cantik, bukan?”
Dan, semuanya terungkap sudah. Sesuatu yang mengganjal itu adalah ini. Tentang perjodohan yang jelas-jelas sudah di tolak oleh Luhan mentah-mentah tempo hari. Luhan menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan Ibunya yang sangat kekeuh dengan keputusannya.

~~

“Oppa, kenapa diam saja daritadi?”
Luhan mendengus seraya memutarkan bola matanya bosan. Lelaki itu sangat bosan. Berjalan-jalan bersama gadis itu bukanlah pilihan yang tepat. Tapi mau bagaimana lagi. Orangtua mereka memaksa mereka untuk berjalan bersama. Agar bisa mengenal satu sama lain.
“Oppa, kenapa kau diam saja? Ayo jawab aku..”
Luhan mendengus sekali lagi saat mendengar gadis disampingnya itu terus merengek manja dengannya. Dengan malas Luhan menolehkan kepalanya, menatap sosok gadis yang tengah tersenyum tiga jari padanya.
“Aku sedang tidak mau bicara. Sudahlah, ayo pulang.”
Selesai mengatakan itu, Luhan lantas melangkah pergi meninggalkan Krytal begitu saja.
“Yak! Oppa! Tunggu aku!”

~~

Luhan mengalihkan perhatiannya dari gadget-nya saat mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka. Dilihatnya sosok ibunya tengah tersenyum seraya menghampirinya lalu duduk di pinggir ranjang lelaki itu.
“Bagaimana? Kau menyukainya?”
Luhan mengernyit bingung, tak mengerti. “Maksud ibu, kau menyukai Krystal? Bukankah dia cantik? Bahkan lebih cantik dari pasien gilamu itu.”
Luhan mendengus kasar. Lagi dan lagi ibunya menghina perempuan yang menjadi pemilik hatinya itu.
“Dia sudah sembuh bu. Dia tidak gila.”
Jaekyung memutar bola matanya, “Terserahlah. Bagaimana? Kau menyukai Krystal, bukan?”
Luhan bangun dari tidurnya, lalu duduk dengan benar. Menatap ibunya yang tengah menatap dirinya juga.
“Tidak. Yang aku sukai hanya Jessica. Tidak ada yang lain.”
Jawaban lelaki itu berhasil membuat Jaekyung terkejut.
“Apa daya tarik perempuan gila itu, Luhan? Terserahlah! Ibu tidak peduli dan tak mau peduli! Kau dan Krystal akan dinikahkan! Dengan sesegera mungkin!”
Jaekyung lantas bangkit dari duduknya lalu mulai melangkah. Hendak pergi meninggalkan kamar anak lelakinya itu.
“… Mungkin, dimata Ibu tidak ada yang spesial dari seorang Jessica. Tapi bagiku? Dia merupakan perempuan yang mampu mengalihkan duniaku, bu..”
Langkah Jaekyung terhenti saat mendengar ucapan anaknya itu. Perempuan itu menghela nafasnya.
“Dan sebentar lagi, kau tidak akan pernah merasakan sesuatu yang spesial lagi di Jessica jika kau tidak mau menuruti semua perintah ibu.”

~~

Luhan melangkahkan kakinya, melewati ibu dan kakak perempuannya yang tengah menikmati sarapan mereka begitu saja.
“Luhan.”
Lelaki itu lantas menghentikan langkahnya. Menatap sosok sang Ibu yang sudah memanggil dirinya.
“Ya?”
“Kau mau kemana? Menemui Jessica?”
Luhan nampak terdiam, bingung harus berkata apa.
“Jika iya, lupakan. Hari ini, kau harus berkencan dengan Krystal.”
Luhan membulatkan matanya terkejut.
“Tapi—“
“Menolak sama saja kau ingin perempuan itu terluka, Luhan..”
Luhan memejamkan matanya. Kemudian lelaki itu menghela nafasnya berat. Sementara Victoria hanya diam. Tak bisa membantu sang adik.
“Baiklah, jemputlah Krystal dirumahnya. Dan bersikap sopanlah kepada orangtua Krystal.”
Kali ini, lelaki itu tak bisa membantah dan melakukan apa-apa kecuali menuruti semua ucapan yang terlontar dari mulut Ibunya itu.

~~

“Oppa, menurutmu bagaimana? Bukankah ini sangat cantik?”
Gadis itu memutarkan tubuhnya yang telah di balut dengan sempurna oleh gaun pernikahan yang cantik dan mewah namun simple. Sangat pas di tubuh gadis itu.
“Terserahmu.”
Krystal mendengus seraya memanyunkan bibirnya. “Oppa! Kau hanya bilang terserah dan terserah! Ah! Oppa harus ikut membantuku memilih ini untuk pesta pertunangan kita nanti malam!”
Luhan membelalakan matanya terkejut.
“Apa!? Pesta pertunangan? Malam ini!?”
Krystal menganggukkan kepalanya sebagai bentuk wujud respon untuk pertanyaan Luhan. Lelaki itu menggeram pelan. Mulai frustasi dengan permainan yang disusun oleh ibunya.

~~

Jessica, gadis itu kembali mencoba menghubungi kontak Luhan—kekasihnya. Namun nihil, hanya suara operator lah yang menjawab panggilan Jessica itu. Sudah seharian ini, gadis itu tak mendapatkan kabar dari sang kekasih. Membuat ia khawatir, karena tak biasanya Luhan seperti ini.
TTOK!-TTOK!-TTOK!
Suara ketukan pintu itu berhasil mengalihkan perhatian Jessica dari ponselnya. Membuat gadis itu dengan segera bangun dari duduknya dan melangkah cepat menuju pintu utama. Berharap orang yang mengetuk pintu itu adalah Luhan.
Perlahan, diraihnya ganggang pintu itu lalu mulai diputarnya. Mata gadis itu membulat sempurna saat melihat siapa yang mengetuk pintu apartemennya itu. Sementara orang itu menyeringai seraya dengan segera menutup hidung mancung gadis itu dengan kain hitam yang sudah di tambahkan cairan pembius. Membuat kesadaran gadis itu berkurang dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri.

~~

Kelopak mata itu dengan perlahan terbuka. Kemudian, gadis itu kembali menutup kelopak matanya. Belum siap menampung cahaya lampu. Kemudian, dengan perlahan dibukanya kembali matanya itu. Sambil sesekali mengerjapkan matanya, menyesesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.
“Jessica Jung..”
Gadis itu menolehkan kepalanya ke sumber suara saat mendengar namanya dipanggil dengan nada sinis.
“Ini yang menjadi pilihan anakku? Tsk,”
Jaekyung—Ibu Luhan, sudah duduk dengan sombongnya di hadapan Jessica. Jessica menundukkan wajahnya saat mendengar ibu Luhan berbicara seperti itu. Seakan-akan menghina dirinya.
“Luhan, anakku. Hari ini, dia tidak ada mengabarimu. Bukan?”
Gadis itu hanya diam. Tak berani menyahut. Takut-takut dirinya salah. Jaekyung menyeringai.
“Kau tahu apa alasannya?”
Dengan perlahan, Jessica menggelengkan kepalanya dengan berat.
“Itu karena dia sibuk, dengan kekasih barunya.”
Mata Jessica membulat sempurna mendengarnya. Perempuan itu lantas mendongakkan kepalanya, menatap sosok Ibu Luhan. Ibu kekasihnya itu.
“Kenapa? Terkejut? Harusnya kau sadar diri, anakku itu tidak pantas bersanding dengan perempuan gila sepertimu.”
Ucapan pedas itu terlontar begitu saja. Meninggalkan rasa sakit dihati gadis itu. Namun dengan acuhnya, Jaekyung kembali melanjutkan ucapannya.
“Asal kau tahu, malam ini. Luhan akan bertunangan dengan Krystal. Kekasih barunya.”
Jessica menggelengkan kepalanya tak percaya. Menyangkal semua apa yang diucapkan oleh Jaekyung.
“Jadi, pergilah dari kehidupan anakku. Asal kau tahu, kau itu hanyalah sebuah parasit untuk anakku.”
Mata gadis itu berkaca-kaca mendengarnya. Tersinggung atas semua yang telah dilontarkan oleh wanita berumur itu.
“T—“
“Baiklah. Kau menolak, berarti sama saja dengan kau ingin menginap di tempat ini lebih lama lagi. Sampai pesta pernikahan Luhan berlangsung. Benar? Baik, aku tinggalkan kau disini sendiri.”
Setelah mengucapkan itu semua, Jaekyung berserta anak buahnya lantas pergi. Meninggalkan sosok Jessica yang sudah terikat sendirian di ruangan kumuh itu.
Jessica memejamkan matanya. Membuat airmata yang ditahannya menetes begitu saja.
“Benarkah itu, Lu?”

~~

“Oppa..”
Luhan kembali mendengus kesal saat gadis itu kembali memanggilnya, “Apa!?”
Krystal tersentak kaget mendengar nada suara lelaki itu meninggi. Perlahan, gadis itu menundukkan kepalanya takut. “Mi—mianhae..”
Luhan menghela nafasnya. Kini, mereka berdua—Luhan dan Krystal—sudah berada di sungai Han. Menatap pemandangan seoul di sore hari.
“Oppa, kau membenciku?”
Tak ada tanggapan.
“Sebenarnya, kau menerima perjodohan ini atau tidak?”
Masih tak ada tanggapan.
“Oppa, kenapa kau selalu mengacuhkan aku? Aku—“
“Membencimu? Sangat ingin kulakukan, namun kau tak bersalah disini. Menerima perjodohan ini? Tentu saja tidak. Aku tidak mungkin, menikah dengan gadis yang tak pernah kucintai.”
Krystal memandangi wajah Luhan. Menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Tapi aku mencintaimu..”
Luhan menolehkan kepalanya. Menatap Krystal yang tengah menatapnya.
“Cinta itu tidak bisa di paksakan, Krys. Walaupun kita menikah nantinya, perasaanku padamu takkan pernah berubah.”
“Tapi, cinta itu bisa tumbuh dengan sendirinya..”
“Menurutmu, melupakan cinta yang sudah dijaga selama bertahun-tahun lamanya itu akan mudah? Tidak, bukan? Dan itu yang aku rasakan sekarang. Aku hanya akan terus mencintai kekasihku.”
Krystal terdiam sejenak.
“Kau sudah mempunyai kekasih?”
Gadis itu terkejut. Pantas saja lelaki itu selalu mengacuhkannya. Menolak perjodohan ini. Dan alasannya sudah sangat jelas sekarang.
“Maafkan aku. Aku tidak tahu. Kalau aku tahu, aku akan menolak—“
“Sudahlah, ini bukan salahmu. Dan semoga saja, Jessica benar-benar menjadi takdirku nantinya.”

~~

Keesokan harinya, Luhan mendatangi apartemen sang kekasih. Tangannya terangkat ke udara, lalu dengan perlahan ia mulai mengetuk daun pintu itu.
Tak ada tanda-tanda kalau pintu ini akan terbuka. Dan sekali lagi, Luhan mengetuk daun pintu itu sambil memutar ganggang pintu itu.
Kreek..

Terbuka. Luhan mengangkat alisnya bingung. Tak biasanya Jessica seceroboh ini membiarkan apartemennya tertutup tak terkunci. Perlahan, lelaki itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen milik Jessica.
“Jess..”
Tak ada sahutan. Perasaan lelaki itu mulai kalut. Sudah di semua ruangan telah di periksanya, namun tak ada yang menunjukkan keberadaan gadis itu.
“Jessica, kau dimana?”
Dengan perasaan kalut, lelaki itu mulai menghubungi kontak gadis itu.
Drrtt.. drrtt..
Suara getaran itu membuat Luhan mencari sumber suara. Sumber suara itu berasal dari ponsel milik Jessica yang berada di meja. Membuat Luhan merasakan kejanggalan.
Lelaki itu menggeram pelan. “Ibu!”

~~

Brak!
Pintu ruangan kerja milik Jaekyung terbuka dengan kasar, membuat Jaekyung menolehkan kepalanya. Menatap orang yang telah membuka pintu ruangannya itu.
“Luhan? Ada ap—“
“Ibu! Kau apakan Jessica!?”
Wajah lelaki itu sudah memerah. Akibat menahan amarah yang siap meledak. Jaekyung terdiam sejenak kemudian terkekeh pelan.
“Kau menyadarinya?”
Luhan mengepalkan tangannya. Tanda tidak menyukai respon dari ibunya itu.
“Aku sudah menuruti kemauan ibu! Tapi kenapa ibu masih mengganggu Jessica? Dia tidak tahu apa-apa, bu!”
Jaekyung menatap anak lelakinya itu.
“Kau pikir aku bodoh? Dengan adanya gadis itu, kau bisa saja melakukan hal gila! Sampai pernikahan kau dan Krystal di gelar, aku takkan melepaskan gadis itu. Tenang saja, aku tidak akan melukainya.”
Mata Luhan memerah. Gurat-gurat marah nampak sangat jelas diwajah tampannya.
“Kenapa ibu lakukan ini padaku!? Aku takkan melakukan apapun! Lepaskan Jessica! Biarkan.. biarkan aku bersamanya sebelum akhirnya aku menikahi Krystal..”
Jaekyung terhenyak saat melihat Luhan menitikkan airmatanya. Ini, merupakan kali kedua ia melihat anaknya menangis. Pertama kali ia melihat anaknya menangis, adalah saat suaminya meninggal. Dan sekarang, anaknya menangis lagi karena Jessica Jung.
“Sebegitu berartikah sosok Jessica, untukmu?”
Luhan menatap sang ibu. “Jessica. Adalah orang yang sangat berarti untukku. Ibu, kumohon.. lepaskan dia..”
Jaekyung menghela nafasnya. Dia memang menyayangi anaknya, tapi kali ini rasa egois itu membuatnya melakukan hal setega ini.
“Maaf Luhan. Ibu tidak bisa. Gadis itu, akan ibu lepaskan setelah kau dan Krystal menikah. Ini demi kelancaran kelangsungan pernikahanmu..”

~~

Jessica menatap lurus dengan tatapan kosong. Dengan tangan dan kaki yang terikat bersama kursi membuat ruang geraknya terbatas. Gadis itu kembali teringat akan semua ucapan yang terlontar oleh Ibu Luhan. Dan perasaan luka itu masih membekas dihati Jessica.
Bukan salahnya jika ia mencintai Luhan. Karena, mencintai dan dicintai merupakan hak paten milik semua manusia. Bukan kehendaknya ia dulu pernah terganggu kejiwaannya. Bahkan, kalau bisa. Ia takkan pernah mau pernah mengalami kenggangguan jiwa.
Tapi, ucapan ibu Luhan itu seakan-akan membuatnya merasa sangat rendah. Begitu rendahnya kah dia dimata wanita yang telah melahirkan lelaki yang dicintainya itu?
Kreet..
Suara pintu ruangan kumuh ini terbuka membuat Jessica menolehkan kepalanya. Ia menatap bingung sosok perempuan yang tak dikenalnya tengah melangkah masuk. Menghampiri sosoknya.
Jessica memejamkan matanya takut saat gadis itu sudah berada dihadapannya.
“Jangan takut. Perkenalkan, aku Victoria. Kakak Luhan.”
Mendengar nama Luhan, gadis itu refleks membuka matanya. Menatap sosok perempuan yang menurutnya sebagai kakak perempuan Luhan.
Perlahan. Victoria mulai melepaskan ikatan-ikatan yang membuat Jessica sulit bergerak. Setelah semua tali terlepas, Victoria duduk. Duduk tepat dihadapan sosok Jessica. Gadis itu tersenyum kecil saat melihat sosok Jessica.
“Kau cantik. Pantas saja Luhan sangat mencintaimu..”
Jessica menatap Victoria bingung. “Tapi, bukankah dia akan menikah dengan—“
“Ya, dia memang akan menikah. Tapi, orang yang dicintainya itu hanya kau. Percayalah denganku. Semua yang diucapkan ibuku tidak benar. Luhan tidak pernah mencintai Krystal. Mereka—Krystal dan Luhan—dijodohkan.”
“Benarkah?”
“Ya, aku mengetahui itu semua. Obrolanmu dengan ibuku. Kemarin, saat ibuku menculikmu dan menyekapmu disini. Aku mengikuti kalian. Luhan dan Krystal memang sudah bertunangan. Tapi, kita masih bisa membatalkannya. Aku sudah berbicara dengan Krystal, dan syukurlah dia mengerti.”
Jessica tersenyum senang, “Terimakasih..”
“Ya, baiklah. Ayo kita pergi. Kita harus cepat sebelum Ibuku mengetahui ini. Malam ini, merupakan pesta pernikahan Luhan dan Jessica. Kita harus bisa membatalkannya.”
“Tapi, apa tidak apa-apa?”
Victoria menatap Jessica, “Percayalah. Semuanya akan baik-baik saja.”

~~

Krystal. Gadis itu menatap pantulan dirinya melalui cermin besar. Dapat dilihatnya tubuhnya yang ramping itu sudah di balut dengan sempurna dengan gaun pernikahan yang tempo hari sudah di pilihnya. Gaun pernikahan berwarna putih gading itu tampak sangat pas di tubuhnya, ditambah lagi sepatu berhak tinggi berwarna senada dengan pakaiannya yang sudah melekat sempurna. Menutupi kakinya.
Wajah cantiknya sudah di poles dengan sedikit make up. Membuat ia tambah cantik malam ini.
Gadis itu tersenyum kecil. Namun, senyuman itu tiba-tiba saja memudar. Pembicaraannya dengan Victoria, kakak Luhan kemarin kembali tergiang di ingatannya.
“Aku yakin, Luhan pasti sudah memberitahumu tentang kekasihnya itu.”
Krystal menatap Victoria. “Ya, Luhan oppa sudah memberitahuku..”
“Baiklah, biarkan ini menjadi mudah. Kau tahu? Betapa sakitnya sepasang kekasih yang saling mencintai selama bertahun-tahun lamanya harus terpisah karena pihak ketiga—anggap saja seperti itu. Kau bisa membayangkannya, bukan? Jujur saja, aku menolak mentah-mentah untuk perjodohan ini. Kau, Krystal. Kau cantik dan kau masih sangat muda. Akan lebih baik lagi, kalau kau lebih fokus untuk pendidikkanmu sekarang. Bukan maksudku untuk mengguru—“
“Baiklah eonnie, aku mengerti inti dari semuanya. Kau tenang saja. Aku bukanlah perempuan kejam yang bisa dengan teganya memisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai itu. Bawalah Jessica ke pesta pernikahanku nanti. Kau, hanya duduk dan menyaksikan pertunjukkan yang akan ku tampilkan.”
“Ya, kau bukanlah perempuan kejam yang bisa dengan teganya memisahkan mereka. Krystal Wu. Kau adalah anak yang baik-baik. Baiklah, pertunjukkan siap untuk ditampilkan.”

~~

Jessica dan Victoria nampak duduk bersama di kursi jemaat. Tanpa sepengetahuan Jaekyung tentunya. Jessica, gadis itu menatap sosok Luhan yang sudah sangat gagah dengan balutan tuxedo berwarna putih. Terpana dengan ketampanan lelaki itu.
Tiba-tiba saja, perhatiannya dialihkan saat mempelai perempuan mulai memasukki gereja dengan tangan yang berpagutan dengan ayahnya.
Dan akhirnya, kedua mempelai itu sudah berdiri bersampingan dihadapan seorang pastor. Jessica meremas tangannya kuat saat pastor mulai mempertanyakan kedua mempelai.
“… Xi Luhan, apakah kau bersedia. Menjadikan Krystal Jung sebagai isteri sahmu, mencintainya seumur hidupmu. Sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Terus bersama sampai tua.”
Luhan memejamkan matanya, dengan berat hati ia mulai menjawabnya. “Y-ya, saya bersedia.”
Jessica yang tengah menyaksikan itu merasa terluka. Ingin pergi dari situ namun dengan segera Victoria menahannya. “Sebentar..”
Akhirnya, dengan berat hati. Gadis itu kembali duduk di kursi jemaat.
“Dan kau, Krystal Jung. Apakah kau bersedia, menjadikan Xi Luhan sebagai suami sahmu, mencintainya seumur hidupmu. Sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Terus bersama sampai tua.”
Krystal menggigit bibir bawahnya.
“Ngh..”
Jessica sudah tidak tahan lagi. Gadis itu lantas berdiri lalu dengan segera melangkah pergi. Membuat Luhan dan Krystal berserta Jaekyung menyadari keberadaan Jessica. “Jessica?”
“Tidak.”
“Ya?”
“Saya tidak bersedia.”
Semua orang yang berada di gereja tercengang tak percaya. Krystal membalikkan tubuhnya, melangkah dengan cepat menuju Jessica. Menahan langkah kaki perempuan itu.
“Eonnie… maafkan aku, seharusnya yang menggunakan ini eonnie bukan aku. Seharusnya, yang berada di sana eonnie bukan aku. Jadi, kumohon. Tolong lakukanlah yang seharusnya kau lakukan. Menikahlah dengan Luhan oppa..”
Krystal melepaskan veil-nya lalu memakaikannya untuk Jessica. Beruntung Jessica menggunakan dress berwarna putih. Dengan perlahan, Krystal menarik tangan Jessica. Membawa gadis itu kehadapan pastor, disamping Luhan.
Luhan, dengan segera menggenggam tangan Jessica. Sementara Krystal menuju ke kursi jemaat. Duduk disamping orangtuanya bersama dengan Jaekyung.
“Krystal.. apa yang kau lakukan?”
“Belum saatnya aku menikah, bu. Bukankah mereka sangat serasi?”
Kris tersenyum kecil seraya mengusap lembut rambut putrinya. “Ayah tahu, anak ayah selalu melakukan sesuatu yang terbaik. Kau sangat baik nak. Dan kelak, kau akan menikah dengan lelaki yang baik juga.”
Krystal tersenyum. Beruntung, ayahnya selalu paham maksud dari tindakannya. Sementara Jaekyung diam. Entahlah, perempuan itu merasa bersalah saat melihat betapa bahagianya anaknya saat bisa berdiri bersama dengan Jessica. Mengucapkan ikrar suci di depan pendeta.
Jaekyung tersenyum tipis dengan mata yang berkaca-kaca, “Inikah yang dinamakan cinta sejati?”

~~

Seusai pernikahan Luhan dan Jessica dilakukan. Semua orang mengucapkan selamat untuk pasangan baru itu. Hingga tiba saatnya, Jaekyung yang mengucapkan untuk mereka berdua.
Jessica awalnya merasa tegang saat melihat sorot mata yang tak bersahabat dari Jaekyung itu. Jaekyung, menatap sosok Jessica lama. Hingga akhirnya, Jessica merasakan sebuah pelukan hangat. Pelukan seorang Ibu yang selama ini dirindukannya.
“Maafkan aku, maafkan aku karena sudah berusaha memisahkan kalian..”
Jaekyung memeluk Jessica sambil terus menangis. Jessica dengan perlahan mengusap punggung Jaekyung, “Tak apa-apa..”
Sementara Luhan dan juga Victoria, tersenyum melihat ibunya sudah bisa mengerti.
Inilah yang dinamakan cinta sejati..
Penuh tantangan dan airmata…
Harus mampu menahan diri dari cemooh dari orang lain…
Satu hal yang harus selalu dipertahankan…
Kepercayaan…
Awal yang pahit dengan akhir yang manis…
Itulah cinta sejati…

END

Wks, maaf gaje. Tiba-tiba aja kehilangan feel pas ending -..-v

41 pemikiran pada “True Love [Oneshoot]

  1. aku kira bakal sad end-ternyata enggak-bersyukur soal itu.
    uhm, ada typo yah.
    tapi untuk semuanya udah bagus.
    suka sama ceritanya, manis sekali.

  2. hhuuaaa true love,the finally happy ending.
    cinta sejati itu selalu penuh tantangan,penuh rintangan
    dan akhirnya rintangan itu dpt teratasi karena kekuatan cinta :’)
    ahhhh so sweet hiks sempet nangis bacanya karena terharu :”)

  3. Kirain bakal sad ending.. Ternyata endingnya diluar dugaanku :”D
    Jessica pasti seneng dia bakal dapet kasih sayang dari Ibunya Luhan :’3
    Ada sedikit typo tadi.. Harusnya kan marga Kristal disini “Wu”.. Tapi di upacara pernikahan, Krystal malah balik ke marga aslinya.. Jadi Krystal Jung ._.

  4. New reader thor 😉
    Hiks.. jlebbbbbbbb banget dah nie ff thor.
    Sebenernya sempat ngirain kalo nanyi ibunya luhan itu ibunya jessica jga. Ternyata bukan:D
    Lega sudah
    Nice ff thor 😉
    Keep Writ!

  5. Huaaa akhirnya happy ending juga yaaa, aku kira sad ending hehehehee… bikin sequel donk thor, pasti tambah seru
    Daebak bgt deh, aku kasih 20 jempol deh buat ff-nya

Tinggalkan Balasan ke Here-n Batalkan balasan